ee

Makalah Psikologi Belajar : SIFAT, HAKIKAT DAN GEJALA/AKTIVITAS KEJIWAAN MANUSIA

Assalamu'alaikum wr.wb
       Puji syukur Alhamdulilah kehadirat ALLAH SWT. yang telah melimpahkan rahmat taufiq serta hidayahnya kepada kita semua sehingga pada kesempat yang berbahagia ini kita bisa menjalankan aktivitas tanpa ada halangan satu apa pun.
      Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi MUHAMMAD SAW. yang telah membawa kita dari alam kegelapan dibawa ke alam yang terang benerang ini dengan wasilah agama yang hak yakni agama islam
       Selamat datang sahabat/i di blog AKTIVIS yang penuh kesederhanaan ini semoga dengan postingan" yang kami bagikan ini bisa bermanfaat untuk memenuhi tugas kuliah ataupun bahan belajar buat kita untuk menjadi agent of change (agen perubahan) untuk masa depan yang lebih baik .
        Tidak perlu panjang lebar karna sebenarnya kami juga belum ahli merangkai kata'' hhhhh
langsung saja ini salah satu makalah yang susun oleh :

Sahabat Agus Purwanto

 Sahabat Muhammad Yazid B

untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Belajar tentang sifat,hakikat,dan gejala/kejiwaan manusia 

BAB I
PENDAHULUAN
1.           LATAR BELAKANG
Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaanya. Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia. Tugas mendidik hanya mungkin dilakukan dengan benar dan tepat tujuan, jika pendidikan memiliki rofe khas yang secara prinsipil berbeda dengan hewan.
Ciri khas manusia yang membedakanya dari hewan terbentuk dari kumpulan terpadu dari apa yang disebut dengan sifat dan hakikat kejiwaan menusia. Disebut sifat dan hakikat kejiwaan manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan. Pemahaman pendidikan terhadap sifat dan hakikat kejiwaan manusia akan membentuk peta tentang karakteristik manusia dalam bersikap, menyusun startegi, metode dan teknik serta memilih pendekatan dan orientasi dalam merancang dan melaksanakan komunikasi dalam interaksi edukatif.
Sebagai pendidik bangsa Indonesia, kita wajib memiliki kejelasan mengenai sifat dan hakikat kejiwaan manusia Indonesia seutuhnya. Sehingga dapat dengan tepat menyusun rancangan dan pelaksaaan usaha kependidikannya. Selain itu, seorang pendidik juga harus mampu mengembangkan tiap dimensi hakikat manusia, sebagai pelaksanaan tugas kependidikanya menjadi lebih rofessional.

2.           RUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang di atas, dapat diambil beberapa rumusan masalah antara lain:
1.     Apa saja komponen sifat dan hakikat kejiwaan manusia?
2.     Apa saja kekuatan-kekuatan umum jiwa manusia?
3.     Apa saja aktivitas-aktivitas kejiwaan manusia?







BAB II
PEMBAHASAN
A.          SIFAT DAN HAKIKAT JIWA MANUSIA
Menurut John Amos Comenius, manusia mempunyai tiga komponen jiwa yang menggerakkan aktifitas jiwa-raga. Tiga komponen jiwa tersebut meliputi: syaraf pertumbuhan, perasaan dan intelek. Oleh karena itu dikatakan, bahwa manusia mempunyai tiga sifat dasar. yaitu:
1)                  Sifat biologis (tumbuh-tumbuhan): sifat ini telah membuat manusia tumbuh secara alami dengan prinsip-prinsip biologis dengan menggunakan lingkungannya.
2)                  Sifat hewani; dengan adanya perasaan-perasaan hakiki, manusia mengalami desakan-desakan internal untuk mencari keseimbangan hidup. Melalui peralatan inderanya, manusia menjadi sadar dan menuruti keinginan-keinginan dan seleranya.
3)                  Sifat intelektual; dengan sifat ini, manusia mampu menemukan benar atau salahnya sesuatu, dapat membedakan baik dan buruknya obyek, serta dapat mengarahkan keinginan dan emosinya. Sifat intelektual manusia inilah yang membedakan manusia dari makhluk-makhluk lain. Dengan adanya sifat intelektual ini, manusia dilebihkan derajatnya dari makhluk-makhluk lain.
Hakikat kejiwaan manusia terwujud dengan adanya kekuatan-kekuatan serta aktivitas-aktivitas kejiwaan dalam diri manusia, yang semua itu menghasilkan tingkah laku yang lebih sempurna dari pada makhluk-makhluk lain.
Kekuatan-kekuatan jiwa manusia, telah dibahas oleh para tokoh pendidikan dunia sejak beberapa abad sebelum Masehi. Berikut ini dikemukakan oleh para ahli/tokoh pendidikan dunia.
Berdasarkan observasi dan intropeksi, plato (428-348 S.M) mengungkapkan, bahwa jiwa manusia terdiri atas tiga kekuatan, yaitu:
1)       Akal sebagai kekuatan terpenting dari jiwa manusia. Dikatakan oleh Plato, bahwa akal adalah bagian jiwa manusia yang merupakan kekuatan untuk menemukan kebenaran dan kesalahan. Dengan akal, manusia dapat mengarahkan seluruh aktivitas jasmani dan kejiwaannya, sehingga manusia mampu memperoleh kehidupan yang lebih sejahtera.
2)       Spirit sebagai kekuatan penggerak kehidupan pribadi manusia. Spirit adalah kekuatan untuk menjalankan gagasan-gagasan yang telah diputuskan oleh akal melalui pemilihan berbagai alternatif gagasan.
3)       Nafsu sebagai stimulus gerakan fisis dan kejiwaan dan merupakan kekuatan paling kongkrit dalam diri manusia, nafsu ini terbentuk dari segenap kekuatan keinginan dan selera yang sangat erat berhubungan dengan fungsi-fungsi jasmaniah. Plato membedakan antara keinginan-keinginan yang tidak berguna dan merugikan.
Dalam usaha menerangkan hakikat manusia, John Lock (1632-1704) menekankan pembahasan tentang akal sebagai gudang dan pengembang pengetahuan. Akal merupakan kekuatan vital untuk mengembangkan diri. Menurut John Locke, Akal mempunyai kekuatan-kekuatan itu. Ada dua kekuatan akal manusia yaitu:
1)       Kekuatan berpikir yang disebut pengertian, segala peristiwa yang terjadi dalam akal, menurut John Locke dapat dikenal dan dikehendaki oleh manusia. Pengertian terjadi dari proses aktivitas pengamatan. Aktivitas pengamatan itu menurut john locke mencakup kegiatan mengindera, mengenal, menalar dan meyakini. Mengamati berarti menerima impresi-impresi dari dalam dan luar diri. Dengan perkataan lain, mengamati berarti memasukkan ide-ide dan konsep-konsep kedalam kesadaran dengan menggunakan berbagai macam cara. Ini tidak berarti bahwa pengertian dapat ditumbuhkan hanya dengan melatih pengamatan saja,. Menurut Locke, pengamatan hanyalah kapasitas awal dari pada intelek manusia. Pengertian memerlukan keterlibatan daripada enam kekuatan manusia, yang meliputi:
a)         Mengamati/pengamatan,
b)         Mengingat/ingatan,
c)         Imajinasi,
d)         Kombinasi aktivitet psikis,
e)         Abstraksi/pikiran, dan
f)          Pemakaian tanda atau simbolisasi.
2)           Kekuatan kehendak yang disebut kemauan.
Menurut Locke, manusia sering mengimajinasikan sesuatu tindakan yang berhubungan dengan suatu pilihan diantara berbagai alternative. Tindakan memilih ini oleh John Locke disebut dengan istilah “volition”. Volition dapat terjadi apabila kita menggerakkan kekuatan kehendak atau kemauan. Jadi kemauan adalah kekuatan untuk memilih. Kemauan itu bukan keinginan. Keinginan adalah ide refleksif yang melibatkan sesuatu keadaan di masa mendatang, sedangkan Kemauan adalah kekuatan untuk memilih sesuatu keadaan atau tindakan di masa sekarang. Meskipun kemauan tidak sama dengan keinginan, namun keduanya berhubungan erat. Kita mau itu berarti kita memilih diantara dua keinginan atau lebih.
Kekuatan kejiwaan manusia menurut Jean Jacques Rousseau (1712-1778) ada lima yang terdiri dari lima kekuatan jiwa manusia yaitu, :
1.           Penginderaan terjadi apabila objek-objek eksternal berinteraksi dengan organ-organ indera.
2.           Perasaan sangat erat hubungannya dengan penginderaan
3.           Keinginan sangat erat kaitannya dengan perasaan senang atau tidak senang, cocok atau tidak cocok, setuju atau tidak setuju.
4.           Kemauan sangat erat hubungannya dengan keinginan.
Akal sebagai kekuatan penemu ide umum maupun kebenaran sesuatu ide, memiliki dua kapasitas yaitu pertama, kapasitas penalaran indera yang disebut “common sense”, penalaran indera memberikan ide tertentu tentang benda tertentu di alam sekitar. Kedua, kapasitas penalaran intelektual, bila dengan akal sehat menyimpulkan ide tentang suatu benda, maka setiap benda yang sejenis dapat dimasukkan kedalam ide umum itu.
B.          Pengertian Gejala Jiwa
Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari proses mental dan perilaku pada manusia. Perilaku manusia akan lebih mudah dipahami jika kita juga memahami proses mental yang mendasari perilaku tersebut. Demikian juga kita akan lebih mudah memahami perilaku siswa jika kita memahami proses mental yang mendasari perilaku siswa tersebut Mengingat pentingnya pemahaman tentang proses mental tersebut, maka dalam bab ini akan dijelaskan beberapa akfivitas atau proses mental yang umum terjadi pada manusia, khususnya yang berkaitan dengan proses belajar mengajar. Proses mental juga sering disebut dengan gejala jiwa.
C.      Macam-Macam Gejala-Gejala Jiwa dan Karakteristiknya
1.      Gejala Jiwa Kognisi (Pengenalan)
Istilah cognitive beasal dari kata cognition yang mempunyai padanan kata atau sinonim knowing yang mempunyai arti mengetahui. Dalam arti luas, cognition (kognisi) merupakan pemerolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Dalam perkembangannya istilah kognisi berkembang menjadi suatu ranah psikologis manusia  yang meliputi setiap peilaku mental  yang berhubungan  dengan  pemahaman,  pertimbangan,  pengolahan  informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, dan keyakinan. Gejala kognisi meliputi:
a.      Pengamatan
Pengamatan merupakan  proses mengenal segala sesuatu yang ada disekitar kita dengan menggunakan alat indera. Panca indera dimilik oleh baik manusia maupun hewan. Namun manusia dianugerahi akal yang menjadikan manusia berbeda dengan makhluk Tuhan yang lainnya.
Proses dalam pengamatan adalah sebagai berikut:
1)      Harus ada perhatian yang ditujukan kepada perangsang
2)      Ada perangsang yang mengenai alat indera kita
3)      Ada alat indera syang menangkap perangsang
4)      Ada urat syaraf yang membawa perangsang ke otak
5)      Ada otak yang menyadarinya.
b.      Tanggapan
     Tanggapan  sebagai  salah  satu  fungsi  jiwa  yang  pokok,  dapat diartikan  sebagai  gambaran  ingatan  dari  pengamatan,  ketika  objek  yang diamati  tidak lagi  berada  dalam  ruang  dam  waktu  pengamatan.  Jadi,  jika proses  pengamatan  sudah  berhenti,  dan  hanya  tinggal  kesan-kesannya  saja, peristiwa demikian ini disebut tanggapan.
     Tanggapan disebut “laten” (tersembunyi, belum terungkap), apabila tanggapan tersebut ada di bawah sadar, atau tidak kita sadari, dan suatu saat bisa  disadarkan  kembali.  Sedang  tanggapan  disebut  “aktual”,  apabila tanggapan tersbut kita sadari.
         Perbedaan antara tanggapan dan pengamatan:
1)     Pengamatan terikat pada tempat dan waktu, sedang pada tanggapan tidak terikat waktu dan tempat.
2)     Objek pengamatan sempurna dan mendetail, sedangkan objek tanggapan tidak mendetail dan kabur.
3)     Pengamatan memerlukan perangsang, sedang pada tanggapan tidak perlu ada rangsangan.
4)      Pengmatan bersifat sensoris, sedang pada tanggapan bersifat imaginer.
c.       Fantasi
     Fantasi  adalah  daya  jiwa  untuk  membentuk  atau mencipta tanggapan-tanggapan baru dengan bantuan tanggapan yang sudah ada,
   Jenis-jenis fantasi adalah sebagai berikut:
1)           Fantasi Mencipta
Fantasi  yang  terjadi  atas  inisiatif  atau  kehendak  sendiri,  tanpa bantuan  orang lain  atau  jenis  fantasi  yang  mampu  menciptakan  hal-hal baru. Fantasi macam ini biasanya lebih banyak dimilki oleh para seniman, anak-anak, dan para ilmuwan.
2)           Fantasi Tuntunan atau Terpimpin
Fantasi yang terjadi dengan bantuan pimpinan atau tuntunan orang lain.  Dalam  hal  ini  misalnya  kalau  kita  sedang  membaca  buku,  kita mengikuti pengarang buku itu dalam ceritanya.
Fungsi Pokok Fantasi adalah sebagai berikut:
a)           Fantasi mengh-abstrahir (mengabstraksi)
Fantasi dengan menyaring atau memisahkan sifat-sifat tertentu dari tanggapan  yang sudah  ada. Misalnya  anak  yang  belum  pernah  melihat gurun  pasir,  maka  dalam  berfantasi,  dibayangkan  dengan  seperti lapangan  tanpa  pohon-pohon  disekitarnya  dan  tanahnya  malulu  pasir semua bukan rumput.
b)          Fantasi Mengkombinir
Fantasi dengan mengabungkan dua atau lebih tanggapan-tanggapan yang  sudah  ada,  disusun  menjadi  satu  tanggapan  baru.  Misalnya: Tanggapan badan singa + kepala manusia = Spinx di kota Mesir
c)           Fantasi Mendeterninir
Fantasi  dimana  tanggapan  lama  dilengkapi,  disempurnakan  dan mendapatkan  ketentuan  yang  lebih  jelas  dan  terbatas  sehingga  tercipta tanggapan baru
d.      Daya Ingatan
Ingatan (memory) ialah kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan, dan mereproduksi kesan-kesan.Sifat  Daya  ingatan  itu  tidak  sama  pada  tiap  orang,  oleh karena  itu, sifat daya ingatan dibedakan menjadi:
1)     Ingatan  yang  mudah  dan  cepat:  orang  yang  memiliki  daya  ingatan inidnegan cepat dan mudah menyimpan dan mencamkan kesan-kesan.
2)     Ingatan yang luas dan teguh: sekaligus seseorang dapat  menerima banyak kesan dan dalam daerah yang luas
3)     Ingatan yang setia: kesan yang telah diterimanya itu tetapi tidak berubah, tetap sebagimana waktu menerimanya.
4)     Ingatan  yang  patuh:  kesan-kesan  yang  telah  dicamkan  dan  disimpan  itu dengan cepat dapat direprodusir

e.       Berfikir
Ialah  hasil  proses  berfikir  yang  merangkum  sebagian  dari kenyataan  yang  dinyatakan  dengan  satu  perkataan.  Dalam  hal  ini misalnya pengertian “sepeda” merangkum segala jenissepeda yang kita ketahui,  dan  kita  menyatakannya  dengan  satu    perkataan  yaitu “sepeda”.
Dalam  berfikir,  seseorang  menghubungkan  pengertian  satu  dengan pengertian lainnya  dalam  rangka  mendapatkan  pemecahan  persoalan  yang dihadapi.  Dalam  pemecahan  persoalan,  individu  membeda-bedakan, mempersatukan  dan  berusaha  menjawab  pertanyaan,  mengapa,  untuk  apa, bagaimana, dimana dan lain sebagainya. Hal-hal yang berhubungan dengan berfikir adalah:
a.       Pengertian
b.      Keputusan
c.       Kesimpulan
f.      Intelegensi
Intelligensi  ialah  kesanggupan  rohani  untuk  menyesuaikan  diri kepada situasi  yang baru dengan menggunakan berfikir menurut tujuannya. Seseorang  dapat dikatakan  berbuat  intelligen  kalau  dalam  situasi  tertentu,  ia  dapat  berbuat dengan  cara-cara  yang  tepat.  Artinya,  ia  dapat  memecahkan  kesulitan-kesulitan,  soal-soal  yang  terdapat  dalam  situasi  itu.  Dengan  kata  lain,  ia dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang baru itu.
2.   Gejala Jiwa Konasi (Kemauan)
Kemauan merupakan salah satu fungsi hidup kejiwaan manusia, dapat diartikan sebagai aktifitas psikis yang mengandung usaha aktif dan berhubungan dengan pelaksanaan suatu tujuan. Tujuan adalah titik akhir dari gerakan yang menuju pada sesuatu arah. Adapun tujuan kemampuan adalah pelaksanaan suatu tujuan-tujuan yang harus diartikan dalam suatu hubungan. Misalnya, seseorang yang memiliki suatu benda, maka tujuannya bukan pada bendanya, akan tetapi pada mempunyai benda itu”, yaitu berada dalam relasi (hubungan), milik atas benda itu. Seseorang yang mempunyai tujuan untuk menjadi sarjana, dengan dasar kemauan, ia belajar dengan tekun, walaupun mungkin juga sambil bekerja. Dalam istilah sehari-hari, kemauan dapat disamakan dengan kehendak dan hasrat. Kehendak ialah suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu yang merupakan kekuatan dari dalam dan tampak dari luar sebagai gerak-gerik. Gejala Konasi terbagi atas:
a.       Dorongan 
b.      Keinginan
c.       Hasrat
d.      Kecenderungan
e.       Hawa nafsu
f.       Kemauan
Pribadi  memberikan  corak  dan  menentukan,  sesudah  memilih  dan mengambil  keputusan.  Perbuatan  memilih  dan  mengambil  keputusan  ini disebut dengan keputusan kata hati.
3.   Gejala Jiwa Emosi (Perasaan)
Perasaan  termasuk  gejala  jiwa  yang  dimiliki  oleh  semua  orang  dan tingkatannya tidak sama. Perasaan tidak termasuk gejala mengenal, walaupun demikian, perasaan sering juga berhubungan dengan gejala mengenal. Jenis-jenis Emosi (perasaan) adalah sebagai berikut:
1.   Perasaan-perasaan  jasmaniyah:  jenis  perasaan  ini  sering  pula  disebut perasaan tingkat rendah yang terbagi sebagai berikut:
1)   Perasaan  sensoris:  yaitu  perasaan  yang  berhubungan   dengan stimulus terhadap indra, misalnya: dingin, hangat, pahit, asam dan sebagainya.
2)   Perasaan  vital:  yaitu  perasaan  yang  berhubungan  dengan  kondisi jasmani  pada  umumnya,  misalnya  lelah,  lesu,  lemah,  segar,  sehat dan sebagainya.
2.     Perasaan-perasaan  rohaniah:  sering  pula  disebut  sebagai  perasaan  luhur (tingkat tinggi), yang terdiri dari:
1)   Perasaan  intelektual:  yaitu  perasaan  yang  berhubungan  dengan kesanggupan intelektual dalam mengatasi suatu masalah, misalnya: senang  atau  puas  ketika  berhasil  (perasaan  intelektual  positif), kecewa atau jengkel ketika gagal (perasaan intelektual negatif).
2)   Perasaan  kesusilaan  (etis):  yaitu  perasaan  yang  berhubungan dengan  baik-buruk  atau  norma,  misalnya:  puas  ketika  mampu melakukan  hal  yang  baik,  atau  menyesal  ketika  melakukan  hal yang tidak baik.
3)   Perasaan  estetis  (keindahan);  yaitu  perasaan yang  berhubungan dengan  penghayatan  dan  apresiasi  tentang  sesuatu  yang  indah  tau tidak indah. Perasaan ini timbul jika seseorang mengamati sesuatu yang  indah  atau  yang  jelek.  Yang  indah  menimbulkan  perasaan positif, yang jelek menimbulkan perasaan yang negatif.
4)   Perasaan  sosial  (kemasyarakatan):  yaitu  perasaan  yang  cenderung untuk  mengikatkan  diri  dengan  orang-orang  lain,  misalnya: perasaan cinta sesama manusia, rasa ingin bergaul, ingin menolong, rasa simpati atau setia kawan dan sebagainya.
5)   Perasaan  harga diri:  yaitu  perasaan  yang  berhubungan  dengan penghargaan  diri  seseorang,  misalnya:  rasa  senang,  puas,  dan bangga  akibat  adanya pengakuan  dan  penghargaan  dari  orang  lain atau sebaliknya.
6)   Perasaan  ketuhanan  (religius):  yaitu  perasaan  yang  berkaitan dengan  kekuasaan  dan  eksistensi  dari  Tuhan.  Manusia  merupakan satu-satunya yang dianugrahkan perasaan ini oleh Tuhan. Perasaan ini digolongkan pada peristiwa psikis yang paling luhur dan mulia. Menurut  pandangan  filsafat  ketuhanan  (theologi)  menusia  disebut “homo divinans” yaitu manusia senantiasa memilki kepercayaan terhadap Tuhan dan hal-hal yang bersifat ghaib.    

4.  Gejala Jiwa Campuran
Gejala campuran meliputi Perhatian, Sugesti, dan kelelahan.
a.      Perhatian 
Dalam istilah psikologi, perhatian diartikan sebagai suatu reaksi yang dilakukan oleh organisme dan kesadaran seseorang. Perhatian ialah konsentrasi atau aktifitas jiwa kita terhadap pengamatan, pengertian, dan sebagainya dengan mengenyampingkan yang lain daripada itu. Perhatian adalah reaksi umum yang menyebabkan bertambahnya aktifitas daya konsentrasi dan fokus terhadap satu objek, baik didalam maupun di luar dirinya.Perhatian juga adalah merupakan penyeleksian terhadap stimuli yang ditermia oleh individu yang bersangkutan.
Menurut Dr. Aryan Ardhana, perhatian adalah suatu kegiatan jiwa. Perhatian dapat didefinisikan sebagai proses pemusatan phase-phase atau unsur-unsur pengalaman dan mengabaikan yang lainnya. Sedang menurut Drs. Dakir, perhatian adalah keaktifan peningkatan kesadaran dalam pemusatannya kepada barang sesuatu baik di dalam maupun di luar diri kita.
. Faktor yang mempengaruhi perhatian : 
˗ Pembawaan
˗ Latihan dan kebiasaan 
˗ Kebutuhan 
˗ Kewajiban 
˗ Keadaan jasmani 
˗ Suasana jiwa 
˗ Suasana di sekitar 
˗ Kuat atau tidaknya perangsang dari obyek itu sendiri
b.     Sugesti
Sugesti adalah pengaruh atas jiwa atau perbuatan seseorang, sehingga pikiran, perasaan dan pikirannya terpengaruh, dan dengan begitu orang mengakui apa yang di kehendaki dari padanya. Cara untuk menyugesti : 
- Dengan membujuk
- Dengan memuji
- Dengan menakut – nakuti 
- Dengan menunjukan kekurangan atau kelebihan
c.      Kelelahan
Adalah  gejala berkurangnya manusia untuk melakukan sesuatu. Sebab-sebab terjadinya kelelahan:
1)       Kelelahan disebabkan oleh pekerjaan jasmani. Misalnya, olahraga.
2)       Kelelahan disebabkan oleh pekerjaan jiwa. Misalnya, memikirkan masalah yang sulit/pelik.
Macam-macam kelelahan:
1)       Kelelahan jasmani
2)       Kelelahan Rohani
Hubungan kelelahan jasmani dan rohani yaitu pekerjaan jasmani dapat menimbulkan kelelahan jasmani pun dapat menimbulkan kelelahan rohani
d.     Intuisi
Intuisi berasal dari Intueri yang artinya mengindra dengan jiwa, memandang dengan batin. Kata lain dari Intuisi adalah ilham, bisikan kalbu.  Intuisi adalah pandangan batiniah yang sertamerta tembus mengenai satu peristiwa atau kebenaran tanpa perurutan pikiran, mirip ilham. Intuisi merupakan bentuk pikiran yang samar-samar, sering setengah disadari tanpa diiringi prises berfikir yang cermat sebelumnya namun kenudian dapat menuntun pada satu keyakinan.
Intuisi adalah kemampuan jiwa manusia dalam mendapatkan kesimpulan suatu soal tanpa uraian, tanpa ketenangan, dan tanpa analisis tertentu. Berikut uraian tentang Intuisi yaitu :
1.       Intuisi tidak berdasarkan pada proses berpilir yang berturut-turut, tidak derdasarkan pertimbangan, dan perhitungan seksama.
2.       Intuisi terjadi sama halnya dengan perbuatan instingsif tidak dengan aktifitas piker tetapi tidak sama dengan insting.
3.       Intuisi banyak terjadi dalam kehidupan sehari-hari, kadang-kadang mempunyai nilai yang baik tetapi kadang-kadang berakibat yang tidak menyenangkan.
4.       Biasanya wanita lebih intuitif dari pada pria.
5.       berfikir adalah berbicara batin yang tidak terdengar.































BAB III
PENUTUP
1.           KESIMPULAN
Manusia merupakan makhluk yang sempurna. Manusia memiliki akal untuk menghadapi kehidupannya di dunia ini. Akal juga memerlukkan pendidikan sebagai obyek yang akan dipikirkan. Fungsi akal tercapai apabila akal itu sendiri dapat menfungsikan, dan obyeknya itu sendiri adalah ilmu pengetahuan. Maka dari itu, manusia pada hakikatnya adalah makhluk peadagogis, makhluk social, makhluk individual, makhluk beragama.
Setiap manusia mempunyai hakekat dan dimensi yang dimilikinya. Dan dalam diri manusia itu terdapat potensi–potensi terpendam yang dapat ditumbuhkembangkan menuju kepribadian yang mantap.

2.           SARAN
Sebagai calon guru kita seharusnya memperhatikan anak didik dan memberikan bimbingan agar potensi–potensi terpendam yang terdapat dalam diri peserta didik dapat ditumbuhkembangkan menuju kepribadian yang mantap.










DAFTAR PUSTAKA
Soemanto, wasty. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta.


 Trimakasih KunjungaNya
 Semoga Bermanfaat.......
 Dan nantikan postingan kami selanjutnya....

Wassalamu'alaikum wr.wb